Tulisan ini sepertinya tersinspirasi oleh perjalanan virtualku antara “lampung-bandung” yang menggugah rasa, ya inspirasi tak bisa di duga toh.....
Pagi ini aku tak lagi melihat kupu-kupu yang biasanya berkejaran di antara kelopak dan tunas muda daun yang dibasuh oleh embun sisa semalam. Kadang-kadang aku merasa kalau kupu-kupu itu diciptakan bersama dengan matahari. Matahari dan kupu-kupu diciptakan sebagai bentuk senyum Yang kuasa kepada bumi, begitu indah mengwali hari bersama mereka. Aku merasa kalau terbitnya matahari adalah lahirnya generasi baru kupu-kupu yang akan mengisi taman kecilku. Kupu-kupu itu akan mengisi ruang di antara bunga-bunga kecil dan ranting pohon cemara udang yang meneduhkan seringai pagi hingga melewati helai-helai dedaunan dan kuncup bunga sepatu yang pernah kutanam.
Setiap pagi aku melihat kupu-kupu yang sama, berwarna cerah dengan bintik-bintik hitam di kedua sayap rapuhnya. Terkadang aku bisa merasakan hembusan angin yang mereka ciptakan dari kelepak sayapnya. Angin yang sangat lembut. Terkadang jua aku merasa bisa menatap mata mereka yang melihat diriku dalam seratus bayangan. Aku beri senyum setiap mereka menatapku sebentar, lalu kuucapkan selamat pagi, selamat mengawali hari dan sampai ketemu nanti sore. Begitu seterusnya selalu ada kupu-kupu yang datang bersama dengan matahari pagi sampai satu tahun yang lalu.
Pagi itu aku tidak berjumpa dengan seekor kupu-kupu yang datang bersama dengan matahari. Aku penasaran. Ku tunggu hingga beberapa menit. Dugaanku kalau kupu-kupu terlambat bangun pagi di hari itu, mungkin karena sehabis bekerja hingga larut malam sama sepertiku atau juga mungkin karena air mandi yang habis sehingga dia harus tergesa-gesa menimba sumur. Ah, sudah tiga puluh menit. Matahari pun sudah mulai bersemangat jalani hari. Selalu ada kemungkinan yang baik dalam pikirku untuk kupu-kupu itu.
Esok harinya aku tak jua berjumpa dengan kupu-kupu yang datang bersama dengan matahari pagi. Aku heran. Jangan-jangan kupu-kupu itu sedang sakit atau dia sudah bosan dengan tempat ini dan pergi bermigrasi layaknya burung-burung bangau di musim dingin. Aku masih berpikir positif untuknya. Aku berharap esok hari kupu-kupu itu akan datang bersama matahari pagi lagi. Tapi aku salah. Di pagi yang selanjutnya aku tak jua temukan kupu-kupu itu. Aku mulai merasa kehilangan. Kehilangan sapuan angin lembut di antara kedua sayapnya, tatapan mata yang melihat diriku dalam seratus bayangan atau bintik-bintik hitam diantara sayapnya. Aku rindu. Hari demi hari menjadi bulan, bulan demi bulan menjadi tahun dan aku kesepian. Kehilangan kupu-kupu yang datang bersama matahari pagi.
Pernah aku berpikir tentang kemungkinan bahwa kau ditelan oleh matahari yang kau percaya. Atau mungkin kau dihujani oleh embun yang hempaskan tubuhmu di antara remah-remah hutan. Diantara hari dan bulan itu selalu ingin kucari jawaban atas heranku kenapa kau hilang. Aku mulai merasa salah karena tak mampu membebaskanmu dari penjara pertanyaan ini. Mungkin akulah yang sudah membunuhmu sebelum matahari menjemputmu dipagi buta. Sebelum embun berkumpul meniupkan dingin di ujung malam. Sebelum aku sadar bahwa sebenarnya kupu-kupu itu tak seharusnya berada di sini.
Bdl/ 1 Jan 2007 08.13 wib
Saturday, March 31, 2007
KUPU-KUPU MATAHARI
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment