pikir ku bernyanyi lagi
berdendang lagu lama
tak pernah terasa lagi
kunikmati ketuk darinya
sambil mengucap selamat datang
dijawab senyum terkembang
BDL/22-09-2007
Saturday, September 22, 2007
kedatangan
Posted by soemandjaja at 12:44 PM 0 comments
Monday, August 27, 2007
Balada Senja
seandainya camar ini tidak terlalu cepat berlabuh
mungkin ia bersama senja hangat yang menunggunya di batas langit
tapi memang camar harus berlabuh sebelum malam menelannya
sementara senja masih merah
menunggu camar terakhir yang melintas di ufuknya
BDL/ 270807
Posted by soemandjaja at 11:30 PM 0 comments
Saturday, June 2, 2007
Tak Lagi Ada Puisi
tidak ada puisi hari ini
mungkin juga selamanya
aku tak punya alasan untuknya
tak ada bingkisan yang harus kuberikan bersamanya
tak jua bingkai untuk memadangnya
di saat aku jauh
mungkin tak lagi ada puisi
yang teruntuk siapa
BDL, 27/12/06
Posted by soemandjaja at 3:55 PM 0 comments
Labels: puisi
Aku 3
biarlah aku bercinta lagi dengan kenangan kita
kucumbu slide-slide pertemuan kita
ku basuh abstraksi dirimu
kupeluk sapamu yang mengikatkan rindu
kucium sapa pergimu
aku bahagia, nafsuku memburu
mengejar dirimu
BDL, 6/8/2006
Posted by soemandjaja at 3:53 PM 0 comments
Labels: puisi
Aku 2
bayangmu kembali menyapaku
nostalgia yang kurindu
menyapa engkau di saat subuh mengawali hari
atau malam mengantar lelah kepada mimpi
bersama lagumu yang menjelma engkau
aku merindumu
entah sampai kapan
kupikir ku sanggup gantikanmu
tapi bukan senang kutemu
hanya rindu yang gemericikkan malam
desah dan gores senyumku
bertanya kenapa engkau pergi.
BDL 6 Agustus 2006
Posted by soemandjaja at 3:51 PM 0 comments
Labels: puisi
Kematian semakin larut
: kenangan terhadap Hamid Jabbar
Kerlap kedip sambangi malam
Suara lantang menggetar tajam
Menggelegar hendak menikam
Saat detik dan menit terasa kelam
Ya, Kau yang Maha Digjaya
Beri penggal tiga puluh detik saja
Agar dapat uraikan kuasa
Yang menghitam menjadi jelaga
Agar tiada lagi terasa oleh mereka
Ku tahu dia telah mengetuk
Pintu kubuka untuk dibentuk
Oleh angin gemerisik
Dingin yang gemerutuk
Ya, Penjaga pintu maut
Terima kasih atas menit
Pembuluh yang berdenyut
Pada rentang akhir bergelayut
Meski kutahu yang patut
Bahwa kematian semakin larut
BDL, 31 Mei 2004: 21.33 WIB
Posted by soemandjaja at 3:47 PM 0 comments
Labels: puisi
Pahit yang manis
: untuk Alm. Nurdin Febriana
Tak ada ketuk dipintu
pula bisik tertiup ditelinga
ketika kau harus berhenti
menggores pena di lembar ini
masih aku menyimpan karya dari letih kita
pula menempel sang ketika pada ku
kau pergi tak pamit
kuasa memang segala
pahit harus ada agar manis terasa
yang indah dari malam adalah malam
bukan bulan atau bintang
tapi gelap
kita tak lagi menulis
tunjukkan risalah itu di sana
tentang engkau dan kita
mengisi ruang
menikmati ritme dan fantasi
tanpa harus berdebu
BDL, 23 Februari 2004
Posted by soemandjaja at 3:47 PM 0 comments
Labels: puisi
Menulis kisah
Aku ingin menggores
menggoreskan pena di atas kertas
yang makin lama makin kumal
karena tidak pernah lagi kutuliskan kisah di sana
tapi apa yang harus kutulis
Aku sempat gamang
ingin menulis kisah kita
saat bingkai kado merah jambu
kuberikan padamu
tapi aku tak kuasa
menuliskan kisah
demikian nyata
BDL, 21 Januari 2004
Posted by soemandjaja at 3:46 PM 0 comments
Labels: puisi